Rabu, 27 Januari 2010

Kesan dan pesan buat Bu Soewarni

Sebagai seorang mahasiswa desain komunikasi visual tentunya kita tidak hanya dihadapkan dengan tanggung jawab belajar dalam konteks pengetahuan belaka, namun lebih dari itu, bidang desain menuntut kita berkarya dan menghasilkan sebuah “produk” yang secara riil dapat dilihat oleh orang lain. Hal itulah yang membedakan mahasiswa desain komunikasi visual dengan mahasiswa jurusan-jurusan lain. Mahasiswa DKV diharapkan menjadi lebih dari sekedar mahasiswa, atau sering disebut mahasiswa plus plus, Kenapa? Seorang mahasiswa DKV diharapkan bukan hanya memiliki pengetahuan dan teori desain tetapi juga memiliki kapasitas dalam ranah praktis. Untuk itulah selama kuliah sering kita dapati seorang mahasiswa DKV ISI Jogjakarta memiliki sambilan sebagai seorang desainer komersial.

Fenomena tersebut sangatlah umum di Prodi DKV ISI Jogjakarta, sepanjang yang saya tahu lebih dari 80% mahasiswa DKV ISI sudah memiliki pekerjaan jauh sebelum wisuda. Tentunya fenomena tersebut dapat kita kaji dari 2 sudut pandang, yang pertama adalah sudut pandang akademis atau pembelajaran, sedangkan yang kedua adalah sudut pandang ekonomi. Jika kita melihat dari sudut pandang akademis, fenomena tersebut muncul dari rasa keingintahuan mahasiswa dalam hal dunia desain yang sebenarnya. Sedangkan dari aspek ekonomi, fenomena tersebut muncul karena tuntutan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada kenyataanya kedua aspek ini menumpuk menjadi satu dan dijadikan alasan klise mahasiswa untuk ”nyambi” kerja. Saya pribadi merupakan salah satu dari sekian banyak mahasiswa DKV ISI Jogja yang nyambi kerja karena 2 alasan tersebut. meskipun harus saya akui bahwa alasan ekonomilah yang lebih dominan. Sebagai seorang mahasiswa yang bekerja tentunya akan menimbulkan terganggunya proses perkuliahan. Saya masih ingat ketika keadaan ekonomi keluarga memaksa saya cuti kuliah hingga 2 semester untuk bekerja penuh waktu.

Saya mengenal sosok Ibu Soewarni pada awalnya dari MK Bahasa Inggris yang beliau ampu, namun karena MK tersebut bukanlah pelajaran yang saya minati maka MK tersebut terlawati tanpa ada kesan yang terlalu berarti. Kesan terhadap beliau baru terasa saat beliau menjadi dosen wali, hal tersebut membuat saya menjadi lebih sering bertemu dengan beliau dibanding mahasiswa yang lain, seperti saat daftar ulang, mengurus dan tentu saja mengurus surat ijin cuti kuliah. Saya ingat betul petuah dari Ibu Soewarni ketika saya meminta beliau untuk mendatangani surat cuti saya. Beliau berkata kepada saya ”Sekolah yang tidak selesai ibarat membawa karung besar, kemanapun kamu pergi beban itu akan mengikuti. beban itu baru akan hilang kalau kamu menyelesaikannya”. Ketika itu beliau sedang menasehati agar saya tidak terlena dengan dunia kerja sehingga akhirnya berhenti kuliah.

Selama cuti dan bekerja tersebut, saya sering memikirkan petuah yang beliau berikan kepada saya, lambat laun saya mulai mengerti maksudnya. Pekerjaan memang seringkali membawa paradigma yang berbeda dengan akademis, sehingga tidak jarang materi perkuliahan tidak lagi kontekstual dalam memenuhi kebutuhan kerja. Seorang Ibu Soewarni tahu persis mengenai hal itu, melaui petuah tersebut, beliau berpesan kepada saya bahwa sekolah bukanlah semata-mata mencari ilmu untuk bekal kerja, namun sebagai bakti terhadap diri sendiri dan kepada orang tua, sekolah jugalah yang memberi kita relasi terhadap lingkungan kita, memberi kepercayaan diri serta pengakuaan akan kapasitas diri. Apabila (mungkin) saya sukses secara materi namun gagal dalam akademis, kegagalan tersebut akan menjadi sebuah ”beban” yang tidak bisa hilang dalam pikiran.

Petuah tersebut sampai saat ini masih saya ingat dan pegang teguh, karena petuah dari Ibu Soewarni, saya diberi kekuatan untuk dapat kembali ke bangku kuliah dan menyelesaikanya meskipun harus dengan terseok-seok. Saat ini di institusi yang berbeda, saya meneruskan cita-cita beliau, menjadi seorang pengajar yang bukan hanya mengajar, namun juga menginspirasi serta membimbing mahasiswa agar tidak kehilangan semangat akademisnya. Trimakasih Ibu Soewarni, dedikasimu dalam dunia akademis telah menginspirasi banyak mahasiswa, terutama DKV ISI Jogjakarta


Salam
Daniar Wikan S
Dosen DKV Fasilkom UDINUS Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar