Kamis, 26 Februari 2009

Arti dan Respon Warna

Berikut adalah uraian tentang arti dan respon psikologinnya menurut Max Luscher, seorang psikolog asal Swiss.

Hitam

Warna hitam adalah lambang kematian. Kebanyakan bangsa-bangsa di dunia mengenakan pakaian warna hitam pada waktu upacara kematian. Hitam sendiri mempunyai tafsir yang sangat banyak karena warna ini merupakan kombinasi dari semua warna. Yang paling umum dari pemaknaan warna hitam adalah kesan misterius. Dalam film-film fiksi sosok hantu, penyihir, dan mahkluk jadi-jadian sering digambarkan dengan kostum dan atribut yang serba hitam.

Respon Psikologi: Power, Seksualitas, Kecanggihan, Kematian, Misteri, Ketakutan, Kesedihan, Keanggunan.

Jingga

Warna jingga cocok untuk meningkatkan komunikasi karena membawa keceriaan, kegembiraan kreativitas, ambisi dan rasa humor. Selain itu warna jingga juga memberikan rasa hangat dan menciptakan atmosfir yang akrab pada ruangan. Karena sifatnya tadi, warna jingga akan cocok jika digunakan diruang keluarga atau gang dalam rumah untuk memberikan rasa hangat dan akrab. Dapur dan ruang makan kita juga cocok jika diberi warna jingga karena bisa membangkitkan selera.

Warna jingga di ruang kerja bisa meningkatkan kreativitas dan semangat kerja. Konsentrasi juga bisa ditingkatkan dengan warna jingga menjadi warna utama di ruang belajar. Warna jingga juga bermanfaat bagi ibu menyusui karena meningkatkan produksi air susu. Namun patut diperhatikan pemakaian warna jingga yang berlebihan justru bisa menyebabkan perilaku yang tidak bertanggung jawab, rasa resah dan gelisah.

Respon Psikologi: Energy, Keseimbangan, Kehangatan.

Cokelat

Warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan. Coklat juga memberikan rasa hangat dan nyaman. Karena sifatnya yang membumi, warna coklat sangat cocok digunakan di ruang keluarga. Namun agar tidak berkesan gelap, kita mesti mengkombinasikan warna coklat dengan perabotan yang berwarna terang.

Daerah pintu masuk, juga sangat tepat jika diberi warna coklat karena memberi kesan menyambut. Warna coklat juga menimbulkan kesan kepercayaan dan komitmen. Ruang kerja juga cocok dengan warna coklat. Suasana hati bisa menjadi lebih tenang karena warna coklat memberikan efek aman dan kuat.

Respon Psikologi: Tanah/Bumi, Reliability, Comfort, Daya Tahan.

Ungu

Warna ungu mempunyai efek tenang dan menyejukkan. Seringkali dikaitkan dengan kesan yang berhubungan tentang wawasan yang luas, martabat, kehormatan, intuisi, dan sejahtera bahkan kesan anggun. Pengaruh warna ini dapat menginspirasikan pikiran dan membuat hati lebih tenang. Karena sifatnya yang tenang dan menyejukkan, ruang kerja dan ruang tidur sangat cocok jika diberi warna ungu. Sebaliknya warna ungu tidak tepat untuk ruang tempat beraktivitas. Yang unik, warna ungu sangat cocok untuk Anda yang sedang menjalani program diet karena mampu mengurangi rasa lapar. Warna ungu juga cocok untuk mengontrol rasa marah dan bisa meringankan suasana hati.

Respon Psikologi: Spiritual, Misteri, Kebangsawanan, Transformasi, Kekasaran, Keangkuhan.

Biru

Warna biru sering diasosiasikan sebagai warna yang melambangkan kejujuran, kesetiaan, harapan dan harmoni. Cinta, spiritualisme, perlindungan dan kecantikan juga diwakili oleh warna ini. Kesan yang bisa didapat dari penggunaan warna biru dirumah adalah ketenangan, ketentraman dan kenyamanan. Sehingga efeknya dapat memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan darah, menghapus stress, dan membuat kita dapat bernafas lebih dalam.

Selain itu, warna ini juga memperluas imajinasi dan memperlancar komunikasi antar penghuni rumah. Karena sifatnya yang nyaman dan bisa melancarkan komunikasi, warna biru sesuai untuk diterapkan di ruang keluarga dan kamar tidur. Selain tidur akan terasa lebih nyenyak, perbincangan dengan pasanganpun akan terasa lebih lancar dan tenang. Namun bila penggunaan warna biru berlebihan kita malah bisa kesulitan bangun dipagi hari. Selain itu, terlalu banyak warna biru bisa menimbulkan rasa malas dan terisolasi. Meski demikian penggunaan warna biru yang tepat bisa menghapus stress dan menenangkan suasana hati, biru bisa digunakan untuk menghilangkan rasa sakit[2].

Respon Psikologi: Kepercayaan, Konservatif, Keamanan, Tehknologi, Kebersihan, Keteraturan.

Hijau

Warna hijau sering kali diartikan dengan kehidupan, kesuburan, alamiah dan perlindungan. Warna hijau diasosiasikan dengan obyek-obyek natural seperti tumbuhan. Hijau sendiri mampu memberikan efek sejuk pada mata seperti halnya warna biru dan putih. Hijau identik dengan warna modern (dipopulerkan oleh film ”Matrix”), sangat mampu dalam menguatkan kesan futuristik dan kecanggihan teknologi.

Respon Psikologi: Alami, Sehat, Keberuntungan, Pembaharuan.

Kuning

Yang paling dominan dari warna kuning adalah sifatnya yang ”mencolok”, oleh karena itu kuning sangat identik dengan makna-makna kemuliaan, kemasyuran, kepercayaan diri. Kuning diasosiasikan matahari sehingga sering juga diartikan sebagai keindahan, kehangatan, dan ilmu pengetahuan

Respon Psikologi: Optimis, Harapan, Filosofi, Ketidakjujuran, Pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan.



Sumber

Baca : Krisnawati, Christina, Terapi Warna dalam Kesehatan, Curiosita, Yogyakarta, 2005; halaman 73.
Sebagian besar data untuk sub Bab “warna sebagai komunikasi” saya ambil dari buku karya Krisnawati, Christina, Terapi Warna dalam Kesehatan, Curiosita, Yogyakarta, 2005. data mengenai efek psikologi warna didapat dari www.warungdesain.com

Pengantar Semiotika

Untuk apa kita belajar semiotika? Mempelajari semiotika sama halnya belajar mengenai pelbagai tanda yang ada di muka bumi ini. Seperti halnya cara kita berpakaian, cara kita berbicara, cara bersosialisasi, cara kita makan, dan berbagai ragam budaya manusia adalah salah satu dari sekian banyak dinamika dunia tanda. Tanda bertebaran dimana-mana; tanda ada di sekujur tubuh kita, di depan dan di dalam rumah kita, di mall dan pusat perbelanjaan tradisional. Bahkan saat kita diam sekalipun sebenarnya kita sedang menyampaikan suatu maksud. Dengan berbagai tanda yang kasat mata maupun tersembunyi sebenarnya kita sedang mencari keteraturan di pentas dunia yang sudah kacau, tanda tersebut berfungsi sebagai pegangan. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari dan menemukan jalan di tengah-tengah manusia bersama dengan manusia-manusia yang lainnya.1

Tanda merupakan konsep utama dalam studi budaya, karena manusia berpikir lewat sarana tanda. Itulah sebabnya tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi. Tanda merupakan ”basis dari seluruh komunikasi”. Komunikasi terjadi lewat perantara tanda-tanda oleh karena itu sebagian besar dari teori komunikasi berasal dari teori semiotika.

Sebagai disiplin ilmu, pendekatan, metodologi atau kajian, semiotika mulai banyak di pelajari oleh para mahasiswa, secara khusus pada bidang studi komunikasi. Namun dalam dasawarsa terakhir semiotika bahkan mulai merentangkan sayapnya pada bidang studi dan disiplin ilmu lainnya seperti filsafat, sastra, senirupa, dan desain komunikasi visual.

Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut.

Semiotics is usually defined as a general philosophical theory dealing with the production of signs and symbols as part of code systems which are used to communicate information. Semiotics includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs (all signs or signals which are accessible to and can be perceived by all our senses) as they form code systems which systematically communicate information or massages in literary every field of human behaviour and enterprise.

(Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal tanda-tamda merupakan merupakan perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama dengan manusia2. [semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki] ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia).

Semiotika atau semiolagi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana manusia (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:197; Kurniawan, 2001:53)3.

Tanda adalah sesuatu yang di kategorikan berada dan lekat dengan lingkungan kehidupan keseharian kita sampai sekarang. baik itu pesan dan upaya memberikan makna di dalam siaran televisi, rambu rambu di jalan, fotografi, media, surat kabar, fashion dan lain lain. Semua itu di simbolisasikan dengan jalan memberikan pengalaman baru akan tanda yang menjadi persepsi yang muncul dan berikut pesan pesan yang di sampaikannya kepada kita sendiri. Adalah suatu usaha yang amat sangat rumit untuk mengurai tanda.Dimana di dunia ini penuh dengan jejak jejak dan artefak tanda yang di padu dengan tanda tanda baru yang berseliweran mewarnai dinamika masyarakat lokal ini.

Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan atau perasaan, dapat di katakan objek di dalam benda mewakili pikiran atau gagasan dari seorang, sesuatu dan apa tujuan itu di ciptakannya.
Memaknai dan mengklasifikasikan sebuah upaya reproduksi cecitraan sampai saat ini.Setiap simbol mewakili makna, dan makna mewakili sesuatu yang di jelaskan. Jika di kaitkan dengan ilmu yang mempelajari tentang tanda sekalipun, Semiotika, maka berjejalan makna dan apa yang ada di balik tanda bisa terwujudkan dalam berbagai aspek yang tercampur baur. baik dari sisi ideologis, politis, religi, gender dan teori awang awang sekalipun. Ternyata tanda menyimpan makna sekalipun kecil bobotnya. Bentuk tanda dalam ideologi lama (
Modern) menawarkan sikap-sikap subversif,mengacu pada percepatan, dinamika dan oposisi serta di katakan otentik dalam menghadapi persoalan-persoalan dunia. Sementara representasi tanda dalam kazhanah, yang katakanlah kontemporer, seakan menawarkan suatu jalan balik, membuat tiruan-tiruan, dan mengulang-ulang sesuatu yang pernah ada, membuatnya menjadi sesuatu yang baru. Begitu terus menerus. Sampai tercipta sesuatu yang baru lagi. Tanpa membutuhkan kode baru sekalipun, representasi tanda kontemporer telah mengakibatkan munculnya Alegori, yakni pengambilan bentuk kode lama yang di representasikan dalam bentuk baru. Dan sekaligus mematahkan sistem personifikasi tanda dalam konteks modern yang mana sesuatu yang orisinil dan otentik, di patahkan maknanya dengan eklektisitas dan pencampur adukan segala macam gaya, baik kurun waktu dan periodenya. Dan begitulah tanda sekalipun dalam penjelasannya terkait dengan konten tekstual. Sebuah teks dalam sudut pandang postmodernisme bukanlah ekspresi tunggal dan individual sang pembawa pesan atau medium; kegelisahannya, ketakutannya, ketertekanannya, keterasingannya, kegairahannya atau kegembiraannya, melainkan sebuah permainan dengan kutipan-kutipan bahasa, yang di pakai untuk menjelaskan tanda ke-sekarang-annya itu.

Tanpa kita sadari sekalipun, tanda telah di lahirkan secara sengaja, dan tidak sengaja sekalipun dalam konteks pewarnaan dan elemen fungsi masyarakat sekalipun. Lihat bagaimana media gosip lokal yang memberikan berita terbaru tentang artis yang akan bercerai, dalam menayangkan gambar gambarnya sekalipun, identitas dan opini publik saling terkait terutama dengan gambaran dan misi makna dari balik gambar gambar yang di tayangkan menyangkut industri televisi, bias gender, komoditas berita dan ada semacam upaya pemampatan dan pengkerdilan esensi jurnalisme itu sendiri. Dan itu perlahan lahan mulai di benarkan seketika. Hal mana yang mengakibatkan Budaya Massa mendapat tempat yang sedikit rawan akan simulasi dan permainan tanda yang saling menyudutkan makna. Mencermati tanda membuat adanya upaya menjaga jarak demi menciptakan keshahihan dan objektifitas yang berguna demi memandang secara jernih apapun persoalannya. Mungkin saya salah, namun upaya komunikasi dan saling bertautan dalam memahami pesan ternyata telah di gunakan lewat tanda sekalipun, demi menjalankan salah satu aturan sosial, saling berkaitan dan komunikasi secara nyata, apapun cara dan maknanya.

Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absential antara ‘yang ditandai’ (signified) dan ‘yang menandai’ (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001:180). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang dtandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas,” kata Saussure. Louis Hjelmslev, seorang penganut Saussurean berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya. Bagi Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan self-reflective dalam artian bahwa sebuah penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi kemampuan dari ekspresi dan persepsi. Louis Hjelmslev dikenal dengan teori metasemiotik (scientific semiotics). Sama halnya dengan Hjelmslev, Roland Barthes pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Semiotik, atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.

Semiologi menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada di belakangnya sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Di mana ada tanda di sana ada sistem.

Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics). Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda (Berger, 2000:11-22)4. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah semiotika lebih populer daripada semiologi.

Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut uban, sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, termasuk penggunaan warna semuanya itu dianggap sebagai tanda (Zoest, 1993:18)5.

Menurut Saussure, seperti dikutip Pradopo (1991:54) tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Di mana ada tanda di sana ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier, bidang penanda atau bentuk dan aspek lainnya yang disebut signified, bidang petanda atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama. Jadi petanda merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan (level of expression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar, warna, obyek dan sebagainya.

Petanda terletak pada level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna.

Tanda akan selalu mengacu pada (mewakili) sesuatu hal (benda) yang lain yang disebut referent. Lampu merah mengacu pada jalan berhenti. Wajah cerah mengacu pada kebahagiaan. Air mata mengacu pada kesedihan. Apabila hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam benak orang yang melihat atau mendengar akan timbul pengertian.

Menurut Pierce, tanda (representament) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu (Eco, 1979:15). Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut objek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan Pierce terkenal dengan nama segitiga semiotik.

Rangkaian pemahaman akan berkembang terus seiring dengan rangkaian semiosis yang tidak kunjung berakhir. Selanjutnya terjadi tingkatan rangkaian semiosis. Interpretan pada rangkaian semiosis lapisan pertama, akan menjadi dasar untuk mengacu pada objek baru dan dari sini terjadi rangkaian semiosis lapisan kedua. Jadi, apa yang berstatus sebagai tanda pada lapisan pertama berfungsi sebagai penanda pada lapisan kedua, dan demikian seterusnya.

Terkait dengan itu, Barthes mengemukakan teorinya tentang makna konotatif. Ia berpendapat bahwa konotasi dipakai untuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam tatanan pertandaan kedua. Konotasi menggambarkan interaksi yang berlangsung tatkala tanda bertemu dengan perasaan atau emosi penggunanya dan nilai-nilai kulturalnya. Ini terjadi tatkala makna bergerak menuju subjektif atau setidaknya intersubjektif. Semuanya itu berlangsung ketika interpretant dipengaruhi sama banyaknya oleh penafsir dan objek atau tanda.

Bagi Barthes, faktor penting dalam konotasi adalah penanda dalam tatanan pertama. penanda tatanan pertama merupakan tanda konotasi. Lewat unsur verbal dan visual (nonverbal), diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna denotatif yang didapat pada semiosis tingkat pertama dan makna konotatif yang didapat dari semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada tingkat kedua atau pada tingkat signified, makna pesan dapat dipahami secara utuh (Barthes, 1998:172-173).

1 Baca : Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Rosda, Bandung, 2003, hal xxi pengantar.
2 www.wikimedia.com
3 Baca : Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Rosda, Bandung, 2003, hal 15
4 Baca : Berger, Arthur Asa. 2000a. ”Media Analysis Techniques. Second Edition”. Alih bahasa Setyo Budi HH. Jogja, Penerbit UAJY; hal 11-22
5 Baca : Van Zoest, Aart, 1993. ”Semiotika; Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya”. Penerhemah Ani Asokawati, Jakarta, Sumber Agung; hal 18.

Rabu, 18 Februari 2009

Teori Warna

Semua orang pada umumnya menyukai warna. Warna menurut banyak ahli psikologi dianggap dapat memengaruhi kejiwaan dan karakter seseorang. karena sangat bergantung dengan faktor subyekif, maka setiap orang dalam memilih warna berdasarkan cara pandang yang berbeda. Oleh karena itulah warna menjadi salah satu bahan pertimbangan saat kita hendak mengecat dinding ruangan kamar kita. Oleh karena itu jelas warna dipakai semua orang, pada saat aktifitas apapun, oleh karena itulah warna sangat berarti bagi kehidupan manusia. Berbagai wacana tentang warna telah menggiring manusia dalam memaknai warna menurut budayanya masing-masing. Warna dijadikan simbol dan kekhasan suatu etnik dan negara tertentu, sebagai contoh paling umum adalam warna merah yang sangat identik dengan budaya oriental yang berarti juga budaya timur atau negara Cina.

Dalam seni rupa warna juga dijadikan sebagai media berekspresi. Bicara tentang warna banyak hal yang bisa dipelajari. Berikut adalah beberapa teori tentang warna yang pernah dikemukakan oleh ahli jaman dahulu:

a. Teori Sir Isaac Newton (1642-1727)

Dari pencobaannya, Newton menyimpulkan bahwa apabila dilakukan pemecahan warna spektrum dari sinar matahari, akan ditemukan warna-warna yang beraneka ragam meliputi merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu warna-warna ini sering disebut dengan mejikuhibiniu. Warna-warna tersebut bisa kita lihat ketika muncul pelangi setelah hujan reda.

b. Teori Brewster

Teori Brewster pertama kali dikemukakan pada tahun 1831. Teori ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad.


  • Warna primer: Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning.
  • Warna sekunder: Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.
  • Warna tersier: Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.
  • Warna netral: Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.

Rumus yang diperoleh dari Teori Brewster tersebut oleh Herbert Ives disempurnakan menjadi skema lingkaran warna. Sampai sekarang skema/diagram lingkaran warna banyak digunakan oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia seni rupa.

Diagram Lingkaran Warna oleh Herbert Ives

C. Teori Munsell

Pada tahun 1858, Munsell menyelidiki warna dengan standart warna untuk aspek fisik dan psikis. Berbeda dengan Newton dan Brewster, Munsell mengatakan warna pokok terdiri dari merah, kuning, hijau, biru dan jingga. Sementara warna sekunder terdiri dari warna jingga, hijau muda, hijau tua, biru tua dan nila

Warna merupakan elemen penting dalam semua lingkup disiplin seni rupa, bahkan secara umum warna merupakan bagian penting dari segala aspek kehidupan manusia. Hal tersebut dapat kita lihat dari semua benda yang dipakai oleh manusia, semua peralatan, pakaian, bahkan alam disekeliling kita merupakan benda yang berwarna. Karena begitu penting peranan warna bagi manusia warna sering kali dipakai sebagai elemen estetis, sebagai representasi dari alam, warna sebagai komunikasi, dan warna sebagai ekspresi.

a. Warna sebagi elemen estetika: disini warna memerankan dirinya sebagai ”warna”, yang mempunyai fungsi dalam membentuk sebuah keindahan. Namun keindahan disini bukan hanya sebagai ”keindahan” semata. Melainkan sebagai unsus eksistensial benda-benda yang ada disekeliling kita. Karena dengan adanya warna kita dimudahkan dalam melihat dan mengenali suatu benda. Sebagai contoh apabila kita meletakkan sebuah benda di tempat yang sangat gelap, mata kita tidak mampu mendeteksi obyek tersebut dengan jelas. Di sini warna mempunyai fungsi ganda dimana bukan hanya aspek keindahan saja namun sebagai elemen yang membentuk diferensial/perbedaan antara obyek satu dengan obyek lain.

b. Warna sebagai representasi dari alam: warna merupakan penggambaran sifat obyek secara nyata, atau secara umum warna mampu menggambarkan sifat obyek secara nyata. Contoh warna hijau untuk menggambarkan daun, rumput; dan biru untuk laut, langit dan sebagainya. Warna dalam hal ini lebih mengacu pada sifat-sifat alami dari obyek tertentu misalnya padat, cair, jauh, dekat dll.

c. Warna sebagai alat/sarana/media komunikasi (fungsi representasi): warna menempatkan dirinya sebagai bagian dari simbol (symbol). Warna merupakan lambang atau sebagai perlambang sebuah tradisi atau pola tertentu. Warna sebagi komunikasi seringkali dapat kita lihat dari obyek-obyek seperti bendera, logo perusahaan, fashion, dll. Warna merupakan sebuah perwakilan atau bahkan sebuah obyek pengganti bahasa formal dalam mengkomunikasikan sesuatu misalnya: merah perlambang kemarahan, patriotisme, seksualitas; kemudian putih sebagai perlambang kesucian, kebersihan, kebaikan dll.


Kusrianti, Adi, “Pengantar Desain Komunikasi Visual”, Penerbit Andi, Bandung, 2007, Hal. 48

Sumber: www.wikimedia.com

Selasa, 17 Februari 2009

MENGENAL DESAIN GRAFIS

Grafis berasal dari bahasa Yunani ”Grapein” yang artinya menggambar. Umumnya di Indonesia istilah grafis dikaitkan dengan aktifitas menggambar yang bersifat 2 dimensional. Menggambar disini tetunya sangat luas, karena yang dimaksud menggambar bukan berarti melukis atau yang bersifat ilustrasi belaka. Grafis selalu berkaitan dengan proses cetak-mencetak oleh karena itu fotografi termasuk di dalamnya. Secara spesifik, cakupan tadi terbatas pada karya yang dicetak atau direproduksi secara massal.

Dari masa-ke masa cakupan grafis tersebut terus berkembang sehingga muncul istilah baru yaitu ”desain grafis”. Dalam desain grafis inilah nilai estetis pada sebiah karya seni mulai melbur dengan nilai fungsionalitasnya. Bidang desain grafis sendiri dibagi menjadi beberapa pengelompokan yaitu :

Desain grafis berdasarkan bidang dimensionalnya :

  • Desain grafis 2 dimensi (2D): yaitu karya desain yang mempunyai 2 sumbu dimensi saja yaitu X & Y. Karya-karya 2D merupakan karya yang bersifat datar, biasanya berupa cetakan dan tidak bisa diraba.
  • Desain grafis 3 dimensi (3D): yaitu karya desain yang mempunyai 3 sumbu dimensi yaitu X,Y,& Z. Karya-karya 3D merupakan karya yang mempunyai ketebalan dan bisa diraba. Karya 3D bisa berupa istalasi atau berupa kontruksi bangunan

Desain Grafis berdasarkan medianya dibagi menjadi :

  • Desain Grafis Media Cetak: merupakan berbagai kegiatan desain yang proses produksinya menggunakan media cetak. Contoh: brosur, poster, undangan, dll
  • Desain grafis Media Elektronik: merupakan kgiatan desain yang proses produksinya menggunakan media elektronik seperti televisi, komputer dll. Contoh: iklan televisi, video clip, CD Interaktive, Web design, animasi 2D & 3D.

Desain grafis berdasarkan proses pembuatannya:

  • Desain Grafis Komputer/digital: merupakan kegiatan desain yang 100% maupun sebagian menggunakan komputer
  • Desain Grafis Manual: merupakn kegiatan desain tanpa bantuan komputer sama sekali. 100% buatan tangan manusia

Desain grafis Berdasarkan tempat pemasangannya:

  • Desain Grafis Indoor: merupakan jenis desain grafis pemasangannya/peletakkannya berada dalam ruangan. Biasanya jenis indoor berukuran relatif lebih kecil dan diproduksi secara massal.
  • Desain Grafis outdoor: merupakan jenis desain grafis yang pemasangan/peletakannya berada duluar ruangan. Biasanya jenis outdoor memiliki ukuran yang relatif besar dan tidak diproduksi secara massal

Grafis tidak selalu berupa gambar ataupun lukisan yang indah. Bahkan sebuah titik maupun garis dapat dikatakan sebagai grafis. Namun sebagai sebuah media komunikasi visual unsur-unsur dalam grafis tersebut hendaknya mengkomunikasikan pesan tertentu. Istilah grafis komunikasi kini semakin populer karena perpaduan antara grafis dengan komunikasi. Menurut Pujirianto (2005) desain grafis komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung pengertian tertentu oleh seseorang kepada yang lain melalui media cetak.

Agus Sachari dalam bukunya Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa: Desain, Arsitektur, Desain dan Kriya menjelaskan wilayah kegiatan desain di Indonesia yang secara praktis dibagi menjadi 3 besar, yaitu :

a. Desain Produk Industri

Desain produk industri adalah profesi yang mempelajari desain dari segi pertimbangan fungsi, inovasi, ekonomi, ergonomi, teknik, material, estetis, pasar, nilai-nilai budaya hingga pertimbangan lingkungan. Bagi aspek keilmuan memiliki potensi yang lebih luas lagi, karena ilmu ini juga mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan produk, inovasi teknologi, teori desain, dan budaya rupa secara umum. Adapun secara spesifik hasil dari desain produk industri adalah:

- Desain perkakas rumah tangga

- Desain alat transportasi

- Desain Kriya

- Desain perangkat hiburan, olah raga dan rekreasi

- Desain Furniture

- Desain Perlengkapan profesi seperti alat kedokteran, alat militer dll

- Desain busana

- Desain perangkat digital

b. Desain Komunikasi Visual

Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mengkaji dan mempelajari desain dengan pertimbangan yang lebih terfokus pada aspek komunikasinya. Selain itu juga dipelajari berbagai hal yang berkaitan dengan media, citra, tanda, ikon, simbol. Walau menekankan aspek komunikasi dan pesan, desain komunikasi visual sangat erat kaitannya dengan teknologi percetakan, Multimedia, Psikologi persepsi dan periklanan. Adapun hasil dari desain komunikasi visual adalah:

- Desain Grafis Periklanan

- Animasi

- Identitas Perusahaan (Corporate Identity)

- Desain marka perusahaan (landmark)

- Multimedia interaktif dan website

- Desain grafis media (cover buku, koran, majalah,dll)

- Cergam, komik, ilustrasi

- Fotografi

- Typografi

c. Desain Interior

Desain interior adalah profesi yang mengkaji dan mempelajari desain ruang dalam sebuah bangunan dengan berbagai macam pendekatan dan pertimbangan seperti nilai fungsi, estetika, suasana, gaya hidup, sosial budaya, nilai praktis hingga penataan ruang. Dari berbagai aspek keilmuan, desain interior juga mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial manusia dalam sebuah ruang, pencahayaan, elemen arsitektur dan budaya secara umum. Desain interior mempunyai kemiripan dengan arsitektur hanya lebih mementingkan ruang dalam sebuah bangunan. Adapun hasil dari desain interior adalah:

- Desain interior rumah

- Desain interior restoran

- Desain interior hotel

- Desain interior galeri

- Desain interior kantor

- Desain interior rumah ibadah

- Stan pameran

- Stan toko

MASKOT

Maskot secara garis besar dapat diartikan sebagai sebuah personifikasi dari citra sebuah korporasi. Biasanya berbentuk manusia, binatang, atau objek tertentu (tokoh rekaan / fantasi ) yang dianggap bisa membawa keberuntungan dan berfungsi juga sebagai lambang sebuah korporasi. Dalam perkembangannya maskot digunakan pula untuk kepentingan iklan.

Dari definisi diatas, dapat dikatakan disini bahwa cirri-ciri maskot adalah :
  1. Karya desain komunikasi visual yang berfungsi sebagai lambang korporasi tertentu yang merupakan bagian dari branding (karena ia berfungsi juga dalam promosi)
  2. Berwujud dua atau tiga dimensional (gambar figure 3 dimensional, boneka, souvenir, animasi, manekin, patung, dll)
  3. Objek maskot berupa : binatang nyata, binatang fantasi / khayal, robot, manusia, tumbuhan yang dipersonifikasikan, jenis benda / produk yang dipersonifikasikan, dll.
  4. Maskot membawa visi dan misi tertentu dari sebuah korporasi, karena diharapkan mampu membawa keuntungan material maupun spiritual bagi korporasi tersebut.
contoh visual :


Etiket

Etiket (perancis : etiquette) menurut kamus berarti merek, potongan kertas pada kemasan barang, yang berisi tentang keterangan mengenai isi barang yang dikemas. Merek / branding mempunyai pengertian lebih luas dari pengertian etiket. Ketika etiket ditempel pada pembungkus atau kemasan sering juga disebut label. Bahan etiket sangat beragam, mulai dari kertas, plastic, kain, dll. Perkembangan kemudian, label ini tidak ditempelkan melainkan dicetak langsung pada kemasannya.

Etiket sesungguhnya adalah alat komunikasi visual, karena terdiri dari beberapa informasi dan gagasan tentang suatu produk, yang menghubungkan antara produsen dengan khalayak.

Melalui etiket diharapkan khalayak tergugah kesadarannya sehingga menjadi konsumen yang memiliki ‘kesadaran merek’ (brand awareness). Kesadaran konsumen dianggap sebagai langkah awal yang harus dicapai dalam usaha penjualan sebuah produk. Sebagai satu bentuk komunikasi visual, yang merupaan bagian dan alat periklanan, khususnya periklanan cetak, etiket memberi pamahaman dan citra kepada kalayaknya, atas karakteristik, daya tarik, dan perbedaan dengan merek-merek lain.Adapun ciri-ciri yang tampak pada etiket atau label adalah :
  1. Menempel pada sebuah produk atau kemasan (dalam perkembangannya dicetak diatas kemasan.
  2. Berbentuk dua dimensional
  3. Dalam etiket biasanya berisi nama produk sebagai merek dagang (trade mark), diikuti dengan keterangan penjelas lain : no registrasi, teks isi singkat produk, teks rasa, ilustras, nama perusahaan, kota tempat produksi, dan terkadang logo yang terintegrasi dengan nama merek dagang tersebut.

contoh visual :

Pertanyaan Seputas Desain Grafis

  1. Apa yang dimaksud desain grafis? Menurut saya desain grafis adalah gagasan visual yang diwujudkan dalam bidang 2 dimensional.
  2. kalau begitu apakah rancangan visual dalam bentuk 3 dimensional tidak bisa disebut desain grafis? Sebenarnya yang dimaksud 3D adalah bentuk imajiner. Semua yang kita rancang dalam komputer maupun kertas adalah medium 2 dimensional.
  3. jadi yang dimaksud 3 dimensional? Bentuk 3 dimensi adalah bentuk yang sudah teraplikasikan kedalam bentuk secara nyata dan dapat diraba co. Gedung, visual merchandising, display dll.
  4. kalau begitu apa saja ruang lingkup desain grafis? Ruang lingkup desain grafis sangat banyak, antara lain: desainer kemasan, kartu undangan, layout majalah, cover buku, sign system, coorporate identity, logo, website master, animator, ilustrasi, komik, modeling 3D, digital fotography
  5. wah, kalau begitu banyak dong? Ya anda benar, ruang lingkup desain grafis memang sangat banyak. Bahkan ketika anda sedang mencoret-coret foto mantan pacar andapun, itu berarti anda sudah belajar desain grafis.
  6. kalau saya belajar desain, dimanakah kelak saya berkerja? Biasanya di percetakan, studio desain, studio animasi, image setting, kantor redaksi majalah, studio foto. Sekarang bahkan muncul trend bekerja sebagai freelance desainer yang kantornya cukup di kamar kos-kosan tapi order bisa datang dari mana-mana.
  7. wah enak dong kalau begitu, bisa bekerja dimana aja? Ya, bekerja di industri kreatif memang sangat dinamis. Meski banyak lapangan pekerjaan menjanjikan, saya lebih menyarankan anda untuk berwiraswasta sendiri. Selain anda bisa menjadi pemimpin, anda bisa mendapat pendapatan yang lebih besar.
  8. kalau begitu apa perbedaan desain grafis dengan desain komunikasi visual? Sebenarnya kedua istilah ini memang banyak kesamaan, tapi secara umum desain grafis lebih menekankan hal teknis dan estetika sedangkan desain komunikasi visual lebih menekankan aspek komunikasi dan konseptual. Detail mengenai kedua istilah tadi sudah saya bahas pada artikel edisi sebelumnya.
  9. apa bekal yang harus dipunyai seseorang untuk menjadi desainer grafis? Kreatifitas dan minat belajar yang besar.
  10. apakah hanya itu? Akan lebih baik jika anda punya bakat menggambar manual.
  11. kalau ga bisa gambar manual, gimana dong? Ha..ha..ha. sebenarnya kemampuan menggambar manual adalah salah satu faktor pendukung saja, yang terpenting adalah sense of art. Terlebih jika anda mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah, maka anda bukan hanya bisa menjadi desainer saja melainkan juga konseptor. Selama kemampuan teknis komputer anda memadai, anda boleh berlega hati meski anda tidak bisa menggambar manual.
  12. apa keuntungan mendesain dengan manual hand drawing? Gambar manual lebih manusiawi dan ekspresif, sangat khas sehingga dapat dengan mudah menemukan ciri dari goresan anda sendiri, eksplorasi alat dan media lebih banyak.
  13. kekurangan mendesain manual? Relatif lebih lambat, sangat membutuhkan bakat dan ketelitian, sulit direproduksi, harga relatif mahal sehingga kurang kompetitif.
  14. apa kekurangan mendesain dengan bantuan komputer? Waktu pembuatan relatif cepat, desain lebih murah dan kompetitif, mudah direproduksi, mudah diperbaiki karena ada fasilitas undo, adanya clipart dan font gallery lebih memperkaya elemen desain.
  15. kekurangan mendesain dengan bantuan komputer? Tidak manusiawi dan kurang ekspresif, fasilitas undo dan history menyebabkan desainer menjadi ceroboh dan kurang teliti, perlu belajar software grafis dan pengetahuan komputer yang memadai, beberapa kalangan menganggap desain dengan bantuan komputer adalah seni murahan dan kurang berbobot.
dikutip dari buku Trik & Trip Computer Graphic by Hendi Hendratman
Edited and Posting By Daniar Wikan Setyanto, S.Sn
Dosen DKV Fasilkom Udinus Semarang

Senin, 16 Februari 2009

Corporate Identity

SEJARAH CORPORATE IDENTITY

Sejarah corporate identity yang merupakan salah satu aplikasi desain komunikasi visual, tidak terlepas dari sejarah desain komunikasi visual itu sendiri. Bentuk paling sederhana dari corporate identity adalah simbol. Manusia telah menggunakan simbol untuk berkomunikasi sejak jaman purba (Jaman Gua) untuk menceritakan dan mencatat apa yang mereka alami dan kerjakan sehari-hari.

Tetapi bentuk identitas grafis yang paling awal bermula pada jaman di mana para pembuat barang-barang tembikar membuat tanda pada bagian bawah dari barang-barang tersebut. Hal yang sama juga dilakukan oleh para petemak dengan menandai temaktemak mereka. Bentuk identitas grafis lain adalah lambang-Iambang pada perisai-perisai para kesatria dan bendera-bendera kerajaan pada jaman Medieval.

Pada jaman modern, identitas grafis mulai berkembang pada masa industrialisasi di mana barang-barang yang dihasilkan dari pabrik dan dikemas. Karena banyaknya perusahaan yang memproduksi jenis barang yang sarna, maka diperlukan suatu identitas untuk membedakan produksi perusahaan A dari perusahaan B. Dari sinilah kita mengenal yang disebut logo dan cap atau merek dagang (trademark) yang digunakan untuk memasarkan barang-barang tersebut. Merek dagang yang berkembang pada rnasa ini antara lain Kodak, Singer dan Coca-Cola. Walaupun demikian logo-logo tersebut hanya bersifat dekoratif, bukan bersifat "menjual".

Perkembangan nyata dalam desain logo adalah pada masa setelah Perang Dunia II, dimana Amerika memasuki era kemakmuran dan banyak orang memasuki sekolahsekolah ternama dan mulai menekuni bidang ini. Periode ini menandai "trend" dalam desain trademark. Sampai saat sebelum itu, grafis hanya digunakan sebagai dekorasi. Belum ada pemahaman tentang hubungan antara desain dan keberhasilan dalam pasar. Para desainer mulai menjual desain mereka kepada para pengusaha sebagai alat penjualan dan pemasaran.

Perusahaan desain pertama yang berspesialisasi di bidang trademark design adalah Lippincott & Margulies. Perusahaan inilah yang menjadi “trend setter” dalam berkomunikasi. Simbol simbol ini berupa gambar-gambar sederhana dari benda-benda yang ada di sekeliling mereka. seperti: binatang, pohon, senjata, dan lain-lain. Gambar-gambar ini disebut pictograph. Desain corporate identity untuk berbagai perusahaan besar pada jaman itu. seperti U.S. Steel dan Chrysler Corporation. Pada tahun 1950 dan 1960-an. dengan berkembangnya banyak perusahaan multinasional. menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya kebutuhan desain trademark untuk satu jenis produk atau jasa. Pada masa inilah puncak kejayaan desain trademark. Identitas visual pada masa ini benar-benar “mengatakan”, "Saya ingin benar-benar berbeda dan menarik dari yang lain. Dengan kata lain identitas visual mulai benarbenar memiliki konsep yang kuat dan ingin menyampaikan dan mengkomunikasikan sesuatu.

Di tahun 1970-an popularitas identitas visual mulai menurun. Hal ini dikarenakan pada masa itu banyak negara yang terkena krisis ekonomi (Great Depression). Sehingga banyak perusahaan yang mengencangkan ikat pinggangnya. Mereka lebih memilih untuk bersifat low profile. dan menggunakan uang untuk program-program sosial daripada untuk memperbaiki image mereka.

Setelah era Great Depression berakhir. banyak perusahaan kecil dan besar yang melebarkan sayapnya. sehingga pada tahun 1980-an identitas visual mulai banyak digemari kembali. Banyak perusahaan yang mendesain ulang logo mereka untuk menciptakan image yang baru. Selain itu banyak pula produk baru yang muncul. sebagai konsekuensinya dibutuhkan pula trademark-trademark baru untuk produk-produk tersebut.

CORPORATE IMAGE VERSUS CORPORATE IDENTITY

Perusahaan. seperti halnya manusia mempunyai karakter. kesan dan filosofi sendiri-sendiri. Meskipun demikian. Masyarakat sering menganggap bahwa perusahaan adalah perusahaan. mereka "dingin" dan tidak mempunyai karakter, dengan kata lain mereka hanyalah benda. Sebuah trademark. suatu bagian dari identitas perusahaan yang lebih sering tampak. membantu "memanusiakan" suatu perusahaan dengan menampilkan sifat-sifat perusahaan tersebut dalam bentuk simbol. Simbol yang ditampilkan mencerminkan identitas perusahaan dan membentuk image perusahaan itu secara positif. Inilah salah satu perbedaan antara image dan identity.

a. Corporate Image

Corporate image adalah bagaimana suatu perusahaan dipersepsikan dan dilihat oleh masyarakat atau publik, dalam hal ini konsumen, pesaing, suplier, pemerintah dan masyarakat umum. Corporate image terbentuk dari kontak dengan perusahaan tersebut dan dengan menginterpretasikan informasi mengenai perusahaan tersebut. Informasiinformasi ini dapat didapatkan dari produk-produk dan iklan-iklan dari perusahaan tersebut. Image dapat terus berubah secara konsisten. Dengan berkembangnya informasi, jaman dan trend bisnis, informasi-informasi baru ditambahkan atau memodifikasi kesan yang telah ditampilkan. Contohnya, sebuah perusahaan yang berkembang dan memiliki staf dari sebanyak 10 orang menjadi 75 orang dalam waktu 2 tahun dapat memberikan kesan bahwa perusahaan itu menguntungkan. Tetapi, kepada orang lain dapat berkesan bahwa perusahaan ini terla1u cepat maju. Pesan dan kesan yang hendak disampaikan oleh suatu perusahaan dapat disalahartikan dan dapat pula diacuhkan oleh masyarakat. Dan karena pesan dan kesan yang hendak disampaikan itu umumnya lebih dari satu, maka suatu corporate image yang baik harus mempunyai dan menunjukkan karakter-karakter di bawah ini:

1. Memiliki respon emosional yang kuat.
Kekuatan respon ini berkembang seiring dengan lamanya suatu image digunakan. Suatu image yang baik dapat bertahan menghadapi tekanan-tekanan dan para pesaing dan mendarahdaging dalam benak konsumen. Contohnya, perusahaan minuman ringan Coca Cola yang ingin memberikan image bahwa minuman ringan tersebut menyegarkan. Walaupun saat ini banyak pesaing yang memproduksi minuman ringan sejenis, seperti Pepsi, perusahaan ini tetap menduduki puncak penjualan minuman ringan dan disukai oleh konsumen tua maupun muda.

2. Memperlihatkan kekuatan.
Konsumen ingin merasakan kekuasaan dan kekuatan dari suatu perusahaan melalui produk dan jasanya. Konsumen juga membutuhkan perasaan bahwa mereka berurusan dengan perusahaan yang stabil dan dapat diandalkan pada saat mereka membeli produk dan jasa atau berinvestasi da1am perusahaan itu. Contohnya, dari berpuluh-puluh merek mie instan yang tersedia di pasar, merek IndoMie yang paling dicari dan dibeli oleh konsumen. Salah satu a1asannya adalah karena produsen Indo Mie termasuk perusahaan yang dapat dipercaya dan diandalkan mutu dan produknya.

3. Menunjukkan penga1aman, kepercayaan diri dan tradisi.
Jika sebuah perusahaan telah memiliki dan mengembangkan karakter-karakter ini, maka ia dapat memperkenalkan produk atau jasa baru berdasarkan "penampilan" terdahulu. Keyword seperti, "Satu lagi dari Mayora", sangat efektif. Di sini perusahaan makanan ringan (snack) Mayora selain memperkenalkan satu produk baru lagi, juga secara tidak langsung menekankan pada pengalaman mereka selama bertahun-tahun di bidang ini.

b. Corporate Identity

Corporate identity adalah suatu bentuk visual dan ekspresi graphis dari image dan identitas suatu perusahaan. Sebagai bentuk visual, corporate identity menampilkan simbol yang mencerminkan image yang hendak disampaikan. Sebagai suatu ekspresi grafis, sebuah identitas perusahaan dapat diciptakan dan mempengaruhi nasib dari perusahaan tersebut.

Sebuah corporate identity yang efektif harus memiliki karakter-karakter sebagai
berikut:

1. Simbolisme yang sederhana tetapi mengena.
Kesederhanaan adalah dasar dari kombinasi identitas brand-package-symbol yang baik. Semakin sederhana suatu simbol, semakin jelas pula pesan yang hendak disampaikan.

2. Mempunyai pemicu visual yang kuat.
Sebuah simbol yang efektif harus mampu memicu respon terhadap suatu produk atau perusahaan. Di saat di mana konsumen berurusan dengan perusahaan itu, maka ia hanya perlu memikirkan produk atau jasa dari perusahaan tersebut, dan nama perusahaan itu akan diingat dengan sendirinya. Contohnya, bila kita ingin membeli
Pada tahun 1959 dalam majalah Print, William Golden, seorang desainer komunikasi visual mengatakan, "Image adalah bagaimana Anda dilihat dan dipersepsikan; identitas adalah siapa diri Anda." minyak goreng, maka kebanyakan dari kita akan mengingat bahkan langsung membeli merek Bimoli.

3. Identitas sebagai alat promosi dan pemasaran.
Corporate identity ada1ah alat promosi yang sangat efektif dan aktif. Walaupun kampanye untuk suatu iklan produk berakhir, tetapi identitas tetap dipakai sampai bertahun-tahun.

4. Corporate identity harus dapat diingat dan mengesankan.
Suatu corporate identity yang baik mempunyai dua sifat : mengusulkan
  • (suggestiveness) dan mengingatkan (recall). Bila konsumen ingin membeli suatu produk, maka ia akan teringat nama suatu perusahaan, ini disebut mengusulkan
  • (suggestion). Bila konsumen ini kemudian datang lagi dan membeli produk yang sama dan ia menghubungkan kembali dengan produsennya, maka ini disebut mengingatkan
  • (recall). Sebuah perusahaan yang baik harus dapat menyampaikan image sesuai dengan identitasnya. Dalam suatu perusahaan, image adalah kesan yang diberikan oleh perusahaan itu kepada publik melalui produk-produknya, kegiatan-kegiatannya, dan
    usaha-usaha pemasarannya. Karena itu dibutuhkan sebuah identitas yang kuat sebagai
    patokan untuk menciptakan image atau kesan yang ingin disampaikan. Sebaliknya, image
    merupakan cerminan dari suatu perusahaan.

FUNGSI CORPORATE IDENTITY

Selain berfungsi sebagai identitas perusahaan, corporate identity juga mempunyai
fungsi-fungsi lain, antara lain :

  • Sebagai alat yang menyatukan strategi perusahaan.
Sebuah corporate identity yang baik harus sejalan dengan rencana perusahaan tersebut
- bagaimana perusahaan itu sekarang dan bagaimana di masa yang akan datang. Selain itu corporate identity harus dapat dengan tepat mencerminkan image perusahaan, melalui produk dan jasanya.

  • Sebagai pemacu sistem operasional suatu perusahaan.
Pertanyaan pertama yang muncul dalam pembuatan corporate identity adalah bagaimana suatu perusahaan ingin dilihat oleh publik. Pertanyaan ini secara tidak langsung membuat personil-personil perusahaan tersebut berpikir dan mengevaluasi sistem operasional mereka selama ini. Dari sini dapat ditemukan kelemahan atau kesalahan yang selama ini dilakukan, sehingga tercipta tujuan perusahaan yang lebih baik dan mantap.

  • Sebagai pendiri jaringan network yang baik.
Sebuah perusahaan yang ber-image positif, stabil, dapat dipercaya dan diandalkan akan menarik perhatian para investor untuk menanamkan modal dalam perusahaan tersebut. Jenis perusahaan yang seperti ini juga yang mendapat banyak keringanan saat ia membutuhkan tambahan modal dari bank. Produk-produk dari perusahaan ini juga mungkin menjadi produk yang paling laku dan digemari di pasar.

  • Sebagai alat jual dan promosi.
Perusahaan dengan image yang positif berpeluang besar untuk mengembangkan sayapnya dan memperkenalkan produk atau jasa baru. Konsumen yang telah lama memakai produk dari perusahaan tersebut akan dengan setia terus memakai produk itu. Mereka akan lebih menerima karena telah membuktikan sendiri bahwa produk itu benar-benar cocok untuk mereka.

APLIKASI CORPORATE IDENTITY

Tahap terakhir dari proses desain corporate identity adalah aplikasi. Dalam tahap ini seorang desainer komunikasi visual harus tahu apa yang penting dan efektif untuk bentuk desain komunikasi visual ini; apakah itu aplikasi pada business stationery, catalog, daftar harga, gedung perusahaan, bahkan kendaraan perusahaan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menciptakan suatu sistem komunikasi visual yang efektif dan menyatu. Berkonsultasi dengan klien juga sangat penting dalam tahap ini. Karena bagaimanapun juga merekalah yang selama ini berurusan dengan perusahaan tersebut dan merekalah yang paling banyak tahu tentang perusahaan tersebut dan apa yang dibutuhkan.

Banyak sekali aplikasi corporate identity yang sering digunakan, antara lain:
  1. Business Stationery (kop surat, amplop, memo, kartu nama,forms, bon, dan lain-lain).
  2. Advertising
  3. Poster
  4. Brosur dan katalog
  5. Signage system
  6. Gedung perusahaan
  7. Annual Report (Laporan Tahunan)
  8. Newsletter (Buletin perusahaan)
  9. Kendaraan perusahaan
KESIMPULAN

Corporate identity yang dulunya hanya bersifat dekoratif sekarang telah berkembang menjadi salab satu elemen dalam strategi perusabaan, yang mencerminkan rencana perusahaan yang matang. Sebuab corporate identity yang baik harus sejalan dengan strategi dan rencana perusahaan tersebut. Selain itu ia juga hams dapat menciptakan image, yaitu cerminan dari perusahaan tersebut; bagaimana perusabaan itu
dilihat oleh publik. Dalam menciptakan suatu
corporate identity, seorang desainer komunikasi visual hams tabu image yang ingin disampaikan oleh perusabaan tersebut dan mengimplementasikan pada identity yang diciptakan. la juga hams dapat menciptakan suatu si stem identity yang efektif dan menyatu pada aplikasi-aplikasinya.

KEPUSTAKAAN
  • Abbey, Norman. Notes. Art 50A, Pasadena City College. Pasadena, California. 1992.
  • Arntson, Amy E. Graphic Design Basics. Holt, Reinhart and Winston, Inc., Orlando.1988
  • Cotton, Bob. The New Guide to Graphic Design. Phaidon, Oxford. 1990.
  • De Neve, Rose. The Designer's Guide to Creating Corporate ID Systems. North LightBooks, Cincinnati, Ohio. 1992.
  • Falzone, Michael. Notes. Graphic Design n. American College for the Applied Arts, LosAngeles, California. 1994.
  • Napoles, Veronica. Corporate Identity Design. Van Nostrand Reinhold, New York. 1988.
  • Wells, William. Advertising -Principles and Practice 3 rd Edition. Phaidon, Oxford. 1990.
  • NIRMANA Vol. 1, No. 2, Juli 1999: 71 - 7
  • Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
    http://puslit.petra.ac.id/journals/design/78
  • CORPORATE IDENTITY, SEJARAH DAN APLIKASINYA (Christine Suharto Cenadi)
    Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
    http://puslit.petra.ac.id/journals/design/77
  • CORPORATE IDENTITY, SEJARAH DAN APLIKASINYA (Christine Suharto Cenadi)
    Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
    http://puslit.petra.ac.id/journals/design/73
  • De Neve, Rose. The Designer's Guide to Creating Corporate I.D. Systems. Cincinnati, Ohio: North Light
  • NIRMANA Vol. 1, No. 2, Juli 1999: 71 - 78 Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
    http://puslit.petra.ac.id/journals/design/74

2009
original posting by Christine Suharto Cenadi
edited by Daniar Wikan Setyanto, S.Sn
dosen prodi DKV Fasilkom Udinus