Tabel eksposure
kaitan antara speed, ISO dan (f) diafragma
Hal paling penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pemotretan
adalah unsur pencahayaan. Pencahayaan adalah proses dicahayainya film yang ada
dikamera. Dalam hal ini, cahaya yang diterima objek harus cukup sehingga dapat
terekam dalam film. Proses pencahayaan (exposure) menyangkut perpaduan beberapa
hal, yaitu besarnya bukaan diafragma, kecepatan rana dan kepekaan film (ISO).
Ketiga hal tersebut menentukan keberhasilan fotografer dalam mendapatkan film
yang tercahayai normal, yaitu cahaya yang masuk ke film sesuai dengan yang
dibutuhkan objek, tidak kelebihan cahaya (over exposed) atau kekurangan cahaya
(under exposed).
- Bukaan Diafragma (apperture)
Diafragma berfungsi sebagai jendela pada lensa yang mengendalikan sedikit atau
banyaknya cahaya melewati lensa. Ukuran besar bukaan diafragma dilambangkan
dengan f/angka. Angka-angka ini tertera pada lensa : 1,4 ; 2 ; 2,8 ; 4 ; 5,6 ;
8 ; 11 ; 16 ; 22 ; dst. Penulisan diafragma ialah f/1,4 atau f/22. Angka-angka
tersebut menunjukkan besar kecilnya bukaan diafragma pada lensa. Bukaan
diafragma digunakan untuk menentukan intensitas cahaya yang masuk. Hubungan antara angka dengan bukaan diafragma ialah berbanding terbalik. “Semakin besar f/angka, semakin kecil bukaan diafragma, sehingga cahaya yang
masuk semakin sedikit. Sebaliknya, semakin kecil f/angka semakin lebar bukaan
diafragmanya sehingga cahaya yang masuk semakin banyak.”
- Kecepatan Rana (shutter speed)
Kecepatan rana ialah cepat atau lambatnya rana bekerja membuka lalu menutup
kembali. Shutter speed mengendalikan lama cahaya mengenai film. Cara kerja rana
seperti jendela. Rana berada di depan bidang film dan selalu tertutup jika
shutter release tidak ditekan, untuk melindungi bidang film dari cahaya. Saat
shutter release ditekan, maka rana aka membuka dan menutup kembali sehingga
cahaya dapat masuk dan menyinari film. Ukuran kecepatan rana dihitung dalam satuan per detik, yaitu: 1 ; 2 ; 4 ; 8 ;
15 ; 30 ; 60 ; 125 ; 250 ; 500 ; 1000 ; 2000 ; dan B. .Angka 1 berarti rana
membuka dengan kecepatan 1/1 detik. Angka 2000 berarti rana membuka dengan
kecepatan 1/2000 detik, dst. B (Bulb) berarti kecepatan tanpa batas waktu (rana
membuka selama shutter release ditekan). Hubungan antara angka dengan kecepatan rana membuka menutup ialah
berbanding lurus. “Semakin besar angkanya berarti semakin cepat rana membuka
dan menutup, maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin kecil angkanya,
berarti semakin lambat rana membuka dan menutup, maka semakin banyak cahaya
yang masuk”
- Kepekaan Film (ISO)
Makin kecil satuan film (semakin rendah ISO), maka film kurang peka cahaya
sehingga makin banyak cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut,
sebaliknya semakin tinggi ISO maka film semakin peka cahaya sehingga makin
sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut. Misal, ASA 100
lebih banyak membutuhkan cahaya daripada ASA 400.
pengaturan exposure mode pada kamera
Pada era digital, kamera DSLR sudah dilengkapi oleh beberapa
pengaturan yang memudahkan fotografer dalam memotret, pengaturan tersebut
digolongkan menjadi 5 besar yaitu :
- Aperture Priority, dimana dalam memotret kita menghendaki efek dari bukaan tertentu sebagai faktor yg ditetapkan yang lain variable.
- Speed Priority dimana dalam memotret kita menghendaki speed tertentu dalam mengabadikan moment, yang lainnya variable.
- Program, kita hanya perlu mengatur ISO atau sensitifitas cahaya saja, sedangkan untuk aperture dan speed sudah tersetting secara otomatis
- Automatic, baik ISO, Aperture maupun Speed sudah tersetting secara otomatis sesuai dengan keadaan cahaya yang ada. Merupakan setting termudah karena fotografer hanya tinggal jepret saja
- Manual, kebalikan dari Automatic; ISO, Aperture dan Speed disetting secara manual
Memoto sebuah pemandangan yang semuanya akan ditonjolkan
membutuhkan dept of field (DOF) yang besar, sehingga orang dapat men-setting
bukaan sekecil mungkin. Begitu pula halnya dengan memotret model, di mana
dikehendaki pengisolasian obyek dari lingkungan membutuhkan dept of field (DOF)
yang sekecil mungkin.
Kecepatan yang
merupakan sebuah variable di setting mengikuti takaran sesuai ISO yang dipilih.
Kalau perlu pakai tripod atau monopod. Memotret pemandangan tanpa tripod orang
akan mempertahankan kecepatan terendah yang dia bisa pertahankan, dengan
pengaturan speed priority maka aperture akan mengikuti.
Memotret sport
dengan kecepatan tinggi orang akan menetapkan speed yang tinggi dan aperture
mengikuti. Demikian pula memotret low exposure dan panning, orang akan
menetapkan speed yang akan diikuti aperture sesuai ISO yang dipakai.
Komponen
Variabel yang mensuport pilihan di atas juga harus dipilih untuk lebih
memperkuat pilihan efek yang hendak dibuat. Memotret pemandangan orang
cenderung memakai wide angle lens yang memiliki dept of field yang dalam dan
distorsi cembung.
Dalam memilih
ISO juga cenderung memakai film ISO rendah yang memiliki butiran yang halus
yang akan menunjang dept of field (DOF) yang dalam tersebut. Memotret model
orang cenderung memakai tele yang memiliki depth of field yang tipis dan
distorsi cekung yang akan membuat muka orang menjadi langsingan.
LENSA DENGAN BUKAAN BESAR
Contoh lensa dengan bukaan lebar
Canon EF 200mm f2 L IS
Kalau perlu
memakai fast lens yang memiliki bukaan 2,8 bahkan 1.8. Komponen penunjang
lainnya seperti tripod di mana kecepatan yang dipilih lebih rendah dari
yang mampu kita tahan. Netral Density Filter dimana kecepatan yang dihasilkan
dari bukaan yang paling memungkinkan masih lebih cepat dari yang kita inginkan.
Begitu populernya lensa vario (zoom lens) di kalangan pemotret, sehingga
rasanya tak ada yang tak memilikinya. Selain karena sering digunakan, lensa
vario terasa praktis dibawa, fisiknya cukup ringkas, dan mutu gambar yang
dihasilkannya pun baik. Bahkan kini banyak kamera digital yang sudah dilengkapi
lensa vario bawaan (tidak bisa dilepas-tukar). Padahal, dulu, hasil pemotretan
dengan lensa vario sempat diragukan kualitasnya. Saat ini mutu lensa vario bisa
dikatakan tidak kalah dengan kualitas lensa tetap (fixed lens). Namun, secara
teknis, ada kekurangan yang dimiliki lensa vario yaitu, kuat (bukaan) lensanya
masih kecil. Sejauh ini, bukaan terbesar sebuah lensa vario adalah f/2,8 dan
tidak sedikit umumnya f/3,5 sampai f/5,6. Kendati kini
pada kamera digital ada juga yang memiliki bukaan lensa varionya dari f/2,0
seperti pada Canon Powershot G5 dengan lensa vario 7,2-28,8mm (f/2,0-3,0) atau
yang terbaru dari Leica, Digilux 2 dengan f/2,0 - f/2,4 (7-22,5 mm).
Bandingkan dengan kuat sebuah lensa tetap. Lensa 50mm misalnya, rata-rata mempunyai bukaan
terbesar f/1,4. Bahkan dulu Canon sempat membuat lensa 50mm f/0,95 untuk kamera
Canon 7S. Belakangan Carl Zeiss, produsen lensa terkenal di Jerman, membuat
lensa Planar 50mm berkekuatan f/0,7 untuk kamera Contax/Yashica (Fotomedia No
5/I, 1990). Ini merupakan
lensa terkuat dalam bidang fotografi (film), sampai saat ini. Bagi yang belum
tahu, kuat lensa (lens speed) jelas tertulis pada setiap lensa dengan kode
1:xx. Contoh, jika pada lensa 50mm tertulis 1:1.4, artinya panjang fokal lensa
(F=) 50mm dan kuat lensa sekaligus juga bukaan terbesarnya f/1,4. Lensa vario
70-210mm 1:4-5,6 berarti kuat lensa pada F=70mm adalah f/4, sedangkan di posisi
210mm kuat lensa bergeser menjadi f/5,6.
Manfaat
Lensa berkekuatan besar biasanya sering digunakan para profesional dan
fotojurnalis. Terutama bagi fotografer olahraga dan satwa, lensa tele dengan
bukaan besar merupakan suatu keharusan. Bayangkan bila dikombinasikan dengan
kamera SLR digital yang memiliki kemampuan menambah panjang fokal lensa sekitar
50 persen, terasa benar manfaatnya. Manfaat lain yang bisa diperoleh misalnya,
ketika kita memotret suatu objek/subjek tampil dengan pencahayaan alami
(natural) dalam kondisi cahaya lemah. Selain menghindarkan hasil pemotretan
yang tidak diinginkan (tidak jelas, kabur, goyang), gerak pemotret menjadi
lebih bebas karena tidak menggunakan penyangga kamera dan lampu kilat. Apalagi
kalau dipadukan dengan film ber-ISO tinggi (yang mudah dilakukan pada kamera
digital).
Ada manfaat signifikan yang mungkin tidak dirasakan ketika menggunakan
lensa berbukaan besar yaitu, saat memfokus sasaran pemotretan menjadi lebih
mudah dan cepat (dengan fokus manual). Ini sangat terasa saat menggunakannya
dalam suasana minim cahaya. Cobalah sekali waktu Anda memfokus suatu objek
dengan panjang fokal lensa yang sama, tetapi berbeda kuatnya, misalnya dengan
lensa 35mm f/1,4 lalu diganti 35mm f/2,8.
Memang,
umumnya, hasil pemotretan dengan lensa berkekuatan besar lebih baik dari lensa
berkekuatan kecil, misalnya beberapa lensa dengan daya rentang 80-200mm dan
bukaan f/2,8 dibandingkan dengan yang kekuatannya f/4 atau lebih kecil. Tapi
ini tidak selalu. Ambil contoh, lensa Nikkor AF 50mm f/1,8 ternyata - menurut
beberapa majalah foto mancanegara dan situs fotografi - hasilnya lebih baik
dibandingkan lensa setipe tapi dengan kekuatan f/1,4. Oleh karena itu, yang
lebih penting adalah, jangan berharap banyak bila foto yang dibuat secara
teknis sangat baik tetapi tidak istimewa ide dan presentasinya.
Harus diingat
pula, harga lensa-lensa berkekuatan besar relatif mahal dan semakin terus
meningkat. Dan ini biasanya
menjadi pertimbangan (sangat) besar bagi yang ingin memilikinya. Namun kalau
kocek Anda memungkinkan, kenapa tidak mendapatkannya, bukan?
Sesungguhnya, apapun tipe lensa yang digunakan bisa menghasilkan foto yang
baik, sepanjang penggunaannya tepat guna dan yang lebih menentukan adalah
pemotret itu sendiri. Ingat ungkapan populer the man behind the camera?
Mengenal dan mengoptimalkan kemampuan peralatan fotografi yang kita miliki jauh
lebih penting daripada selalu memburu peralatan yang lebih canggih dan relatif
mahal. Meski mutu lensa mempengaruhi kualitas foto yang dihasilkan, namun harus
diingat, untuk lensa yang diproduksi dekade ini, perbedaan hasil pemotretan
antara lensa yang canggih dan tidak hanya terlihat secara signifikan jika diuji
dengan teliti di laboratorium. Secara kasat mata jelas sukar membedakannya,
selama kondisi lensa terlihat jernih (tidak berjamur, tergores, dan
sejenisnya).
Malah pada kamera digital, keefektifan sensor berupa CCD atau CMOS yang
menangkap elemen-elemen gambar (pixel) yang lebih berperan. Semakin tinggi
resolusinya, biasanya semakin baik citra foto yang dibentuk.
Hal lain yang sering terjadi dan cukup mengherankan ialah, ada kebiasaan di
antara kita untuk tidak atau hampir tidak pernah menggunakan bukaan diafragma
penuh (fully open) sewaktu memotret, kendati dalam kondisi dan situasi yang
memungkinkan. Seolah-olah timbul kekhawatiran ada kesan takut gagal ketika
memotret dengan bukaan terbesar lensa yang digunakan. Jadi, bila Anda mempunyai
lensa berkekuatan besar, jangan ragu menggunakan bukaan terbesarnya pada saat memotret
kalau kondisi memang menghendaki demikian. Terutama jika Anda menggunakan lensa
tele atau tele zoom, seringkali untuk mengkompensasi berat lensa harus
diimbangi dengan kecepatan (cukup) tinggi, yang biasanya diperoleh dengan
menempatkan diafragma pada angka terkecil (bukaan terbesarnya). Sebagai contoh,
kalau Anda menggunakan lensa vario 80-200m f/2,8 maka atur diafragma pada
f/2,8.
Harus disadari, untuk apa Anda membeli lensa Canon 24mm f/1,4 atau Nikkor
300mm f/2,8 misalnya, kalau Anda tidak pernah menggunakan bukaan terbesarnya?
Kenapa tidak membeli lensa 24mm f/2,8 atau 300m f/4 yang harganya mungkin tidak
sampai sepertiganya? Padahal salah satu faktor yang menentukan tinggi-rendahnya
harga sebuah lensa adalah dari bukaan terbesarnya atau kekuatan lensa itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar